Rabu, 31 Desember 2008


Menjalin cahaya

pagi tiba kala harapan berbunga
memadu irama menuai kehangatan surya
menghias petang mengalir kelelahan
menjadi aktivitas yang belum terurai
petang tiba kala harapan menyata
kelelahan menjadi ajang kepesimisan
dekorasi hati menentukan berbagai pilihan
ketidakpastian harapan terasa hampa
senja tiba kala harapan layu
fenomena sempatkah terpikir
batu kan hancur pada tetesan keseratus
sudahkah terlaksana agenda kedua ?

Angan-angan

hanya sebuah angan-angan
kuketuk pintu-pintu
malaikat Ridwan menyambut dengan senyum manis menusuk
hanya sebuah angan-angan
taman-taman surga menebar keharuman
kesturi menghias dinding-dinding abadi
hanya sebuah angan-angan
ketika munkar dan nankir tiba dengan wajah berseri
harum menebar
bertanya dengan ketenangan
hanya anga-angan
bila kupikirkan tanpa berbuat keinginan
yang kelak menjadi jaminan

Rukun islam

cintaku merekah perlahan luruh alfatihah
mengaitkan kekhusuan denting-denting islam ke 2
kurajut rangkaiannya dengan sejuta kesabaran
menahan asa diteriknya kegarangan sang surya
denting-denting islam ke 3
maka tatkala kudiberi
penyucian kan menuntut
menyampaikan jiwa untuk sesama
membawa harapan bagi mereka
denting-denting islam ke 4
hingga rindu kini berbunga
diakhir denting-denting ke 5
kumampu untuk bertemu sebagai hamba berharap tawadhu’
mencoba kembali berjumpa
dahulu
dalam kepengapan barzah
penyampai denting-denting islam pertama

Sebuah kejengkelan

hanya sebuah kejengkelan
air terjun menghantam bebatuan
ketika matahari membakar sosok-sosok telanjang
seandainya tak dapat terpikir
awanpun telah menangis
pun sungai-sungai meluap ganas
hingga mayat-mayat mengambang
berakhir, mengalir menjadi sebuah kesedihan
dan bila telah terpikir
demonstrasi longsor dibukit, mengubur korban tak tahu apa yang dipikir
hanya sebuah kejengkelan
awan biru menjadi kelabu
paru-paru telah buntu
kepengapan polusi menular dalam kehidupan yang panjang